Vira's Article Opinion

Media Sosial untuk Mempromosikan Film Nasional di Tahun 2016
Oleh : Evira Tri Haryani/150905626
            Film menjadi salah satu alat untuk menyampaikan gagasan dan konsep serta alat untuk menghadirkan realitas sosial yang direpresentasikan sebagai realitas media, dalam Hananta ( 2013, hal. 3 ). Film nasional Indonesia mengalami kebangkitan di tahun 2016, hal ini dilihat dari beberapa film yang sukses meraup jumlah penonton yang banyak. Alur cerita yang disuguhkan dalam film hingga mempromosikan atau memperkenalkan film kepada publik sangat mempengaruhi keberhasilan suatu karya film. Keberadaan media sosial berperan penting dalam kesuksesan film yang sudah ditayangkan bahkan film yang belum ditayangkan atau masih dalam proses pengerjaan. Watie mengatakan bahwa melalui media sosial, komunikasi tidak lagi dibatasi oleh jarak, waktu, dan ruang serta dapat terjadi dimanapun, kapanpun dan untuk siapapun ( 2013, hal.71 ), sehingga proses mempromosikan film-film nasional dapat lebih mudah dilakukan. Beberapa film yang berhasil menarik perhatian adalah AADC?2 dan film Koala Kumal. Media sosial seperti Instagram dan Youtube menjadi pilihan aktor dan aktris untuk memperkenalkan filmnya.
            Empat belas tahun kelanjutan kisah dari film Ada Apa Dengan Cinta? garapan Rudi Soedjarwo sebagai sutradara yang mulai ditayangkan serentak di tiga negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei pada 28 April yang lalu dengan judul AADC?2 ( Ada Apa dengan Cinta? 2 ), menarik perhatian penikmat film Indonesia. Kesuksesan film ini dibuktikan dari waktu penayangannya karena pada hari pertama sudah menembus angka 200 ribu penonton, berdasarkan pengamatan penulis terhadap akun Instagram salah pemain film AADC?2. Seluruh pihak-pihak yang berkaitan dengan penggarapan film ini pasti berharap dan berupaya untuk menyukseskan film yang dibuat dengan mengorbankan seluruh tenaga yang dimiliki, salah satunya adalah peran dari aktor maupun aktris yang memainkan peran dalam film AADC?2 seperti Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra dan Titi Kamal.
Keberhasilan film tersebut juga tidak lepas dari keberadaan media sosial terutama Instagram karena dapat mempromosikan film sebagai hasil karya dan seni yang layak diperhitungkan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa selama proses pembuatan film tersebut, beberapa pemain dengan pengikut Instagram berjumlah ratusan ribu bahkan jutaan, memperkenalkan proyek film yang sedang digarap. Pengaruh media sosial dari Instagram para pemain AADC?2 berhasil membuat keingintahuan dan ketertarikan masyarakat terhadap film mereka menjadi sangat tinggi karena pemain film ini merupakan aktor dan aktris yang diperhitungkan dan terkenal di Indonesia, mereka meng-upload foto-foto yang menggambarkan betapa serunya melanjutkan kisah yang sudah empat belas tahun menggantung di tengah jalan. Di sisi lain, selain memudahkan para aktor maupun aktris nasional untuk mempromosikan filmnya, Instagram juga mempunyai kelemahan karena aksesnya yang mudah bagi pengguna untuk mengeluarkan pendapatnya. Meskipun film ini berhasil meraup penonton yang fantastis karena keberadaan Instagram untuk mempromosikannya, ada juga hal-hal yang merugikan bagi mereka sendiri yaitu karena banyak pengguna yang spoiler dengan menceritakan kisah dari film tersebut. Pengguna Instagram yang spoiler  dengan cerita dari film tersebut lalu dipublikasikan dengan tidak bertanggungjawab, penulis mengamati reaksi dari pemain film AADC?2 dengan melihat akun pemain film. Mereka mengancam untuk melakukan tindakan block akun apabila ada yang membongkar ceritanya sebelum orang lain menonton film tersebut
Film lain yang menarik perhatian meskipun belum ditentukan kapan tayangnya namun sudah dalam proses pengerjaan adalah film Koala Kumal yang ditulis dan disutradarai oleh Raditya Dika. Dengan cerdiknya, Raditya Dika memanfaatkan ketenaran yang dipunyai untuk mempromosikan film melalui Youtube dengan menayangkan Video Log kesehariannya dan melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk mengenal filmnya. Video Log adalah kegiatan yang sedang disukai dan diikuti oleh beberapa orang di seluruh dunia, terlebih di Indonesia sekarang ini, terdapat artis maupun aktor baru yang sukses di media sosial terutama Youtube. Keberhasilan Raditya Dika untuk menarik perhatian masyarakat dan memperkenalkan filmnya melalui Youtube dapat dibuktikan dari jumlah viewer ratusan ribu dan subscriber mencapai dua juta, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis. 
Keberadaan media sosial memang tidak diragukan lagi dalam memperkenalkan apapun karya anak bangsa, namun di sisi lain pasti juga ada hal-hal negatif yang dapat dilakukan melalui media sosial. Spoiler memang tidak terlalu berat tindakannya, namun bagi seniman yang berkarya dan yang bekerja keras membuat film akan merasa tidak dihargai, biarkan orang tau sendiri kisah dari film tersebut dengan menonton, karena hanya dari penontonlah kerja keras mereka akan terbayar. Hal negatif lainnya adalah efek media sosial dalam kasus Youtube yang merekam semua kegiatan sehari-hari seseorang. Video Log berhasil membuat orang untuk merekam kegiatan mereka tanpa memperhatikan sekelilingnya, karena untuk merekam kegiatannya, seseorang akan terus memegangi kamera yang dibawa.  Hal ini membuat seseorang menjadi orang yang pasif berkomunikasi dengan sosialnya karena lebih berfokus pada hasil rekaman kegiatan sehari-harinya. Kemungkinan sisi negatif lainnya adalah bila seseorang sedang merekam di keramaian, pandangan orang tersebut tertuju pada kamera tanpa memperhatikan jalan di sekitarnya, bisa saja orang tersebut jatuh bahkan tertabrak pengguna jalan lain. Kemungkinan lain yang paling berbahaya hingga menyebabkan kematian adalah apabila seseorang mempertaruhkan nyawa hanya untuk mengambil gambar dan dipamerkan atau dipublikasikan ke sesama pengguna media sosial lain.
Tidak dapat dipungkiri apabila keberadaan media sosial seperti Instagram dan Youtube membantu menyukseskan film-film nasional tahun 2016 di Indonesia, dan kemungkinan besar semakin meningkatnya kecanggihan tekhnologi akan semakin mempermudah dalam pembuatan serta mempromosikan film di masa mendatang. Menurut Umm ( 2013, hal. 2 ), masyarakat Indonesia banyak yang memanfaatkan media sosial untuk proses komunikasi tanpa mengetahui konsekuensi dan dampak dari media sosial itu sendiri. Media sosial memberikan kenikmatan dan sensasi baru yang dapat dirasakan seseorang dan terkadang seseorang tidak mampu menyeleksi pesan-pesan dalam media sosial. Kebebasan yang diberikan oleh media sosial sebagai perantara meyalurkan aspirasi seseorang tidak selalu digunakan dengan bijak meskipun ada manfaat baik dari keberadaan media sosial. Suatu film akan cepat di bajak dengan adanya media sosial seperti Youtube dan situs-situs khusus film gratis, hal itu membuat keuntungan yang didapat oleh pekerja film atau pemroduksi film semakin sedikit. Media sosial sangat cepat dalam hal menyebarkan suatu informasi ataupun karya yang dibuat namun terkadang hal itu merugikan beberapa pihak yang ingin menjaga privacy untuk tujuan tertentu. Tetapi jika boleh membayangkan, bagaimana hasilnya bila untuk mempromosikan atau mengenalkan suatu karya film di tahun 2016 ini dengan tidak menggunakan sosial media, namun hanya dilakukan dengan mendatangi tempat-tempat yang telah ditentukan untuk meet and greet antara pemain dan penonton. Apakah keberhasilan untuk menarik jumlah penonton dalam mempromosikan film nasional melalui media sosial mengalami perbedaan signifikan atau tidak ada perbedaan sama sekali dengan mempromosikan film tanpa melalui media sosial? Tidak terelakkan bila media sosial memberikan kesempatan lebih luas untuk memperkenalkan film pada masyarakat Indonesia bahwa suatu film telah diproduksi dan film tersebut diakui keberadaannya, dan bila harus membicarakan mengenai media sosial, maka tidak akan ada habisnya. Kebijaksanaan dalam menggunakan media sosial sangat diperlukan oleh masyarakat Indonesia demi kebaikan karya bangsa dan bagi diri masing-masing setiap orang Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA
Hananta, E. P. ( 2013 ). Konten kekerasan dalam film Indonesia anak terlaris
            tahun 2009-2011. Jurnal E-Komunikasi. Volume 1(1). Hal. 3 . Diambil
Umm, N. ( 2013 ). Media sosial baru dan munculnya revolusi proses komunikasi.
Watie, E. D. S. (2013). Komunikasi dan media sosial [Abstrak]. Journal.usm
Volume 3( 1). Hal. 71. Diambil dari http://journal.usm.ac.id/jurnal/the-messenger/795/detail/, (Diakses pada tanggal 10 Mei 2016).




"Mass Communication involves the use of print and electronic media such as newspapers, magazines, film, radio or TV to communicate the large number of people who are located in various places often scattered all over the country or the world."-Berge

"Mass Communication is the process of rapidly conveying identical information, assertions and attitudes to potentially large, dispersed and diversified audiences via mechanisms capable of achieving that task."-Orlik